REDOUANE BARKOUI

Ia datang dari Casablanca, kota utama di Maroko bukan hanya untuk meliuk-liuk sambil membawa bola di sela-sela pemain lawan. Redouane Barkoui hadir di pentas Liga Indonesia dengan suguhan lain bercita rasa khas Timur Tengah.
Barkoui boleh jadi bukan bomber asing tergarang di Liga. Tapi, ia punya eksotika yang tidak dimiliki penyerang impor manapun. Di kalangan bobotoh kala itu, popularitasnya hanya bisa dikalahkan oleh Zaenal Arief. Ia diburu dan digilai bukan hanya karena aksinya di atasa rumput hijau, namun Barkoui juga dicintai bobotoh karena dia punya attitude sangat down to earth.


Asing Paling Dipuja
Fertilitas Barkoui dalam mencetak gol boleh kalah dai Christian Bekamenga – Eks Bomber Persib Asal Kamerun -, namun dalam urusan popularitas dan daya tarik di mata bobotoh ia tetap unggul.
Keputusan manajemen Persib memberikan perpanjangan kontrak kala itu kepada Redouane Barkoui, sempat menuai keraguan. Penyebabnya, di musim sebelumnya dia mempunyai masalah yaitu cedera kaki. Seperti ketika memberi impresi menawan dalam debut bersama Persib, barkoiui mampu memutar kekhawatiran tersebut. Faktanya di musim itu ia tampil lebih anteng. Tidak lagi banyak berkutat dengan nyeri paha.
Tapi, tantangan berkostum Persib tidak lantas mudah bagi Barkoui. Kedatangan Christian Bekamenga memaksanya untuk melipatgandakan kerja keras, jika tidak mau diperam sang bos di bangku cadangan. Dari segi koleksi gol sebenarnya Barkoui menunjukkan grafik meningkat.
Namun, harapan yang disimpan di pundaknya jauh lebih besar. Barkoui dianggap belum menunjukkan kontribusi maksimal buat tim. Selain itu, dia juga dituding mengalami degradasi kualitas performa secara personal. Ada beberapa karakter yang sempat ditunjukkan di awal bergabung dengan Persib, yang belakangan hilang. Salah satunya tendangan finishing nan dahsyat. Bahkan belakangan ia mulai dicap sebagai bomber salon.
Untungnya semua itu tidak sampai melunturkan popularitasnya. Ia tetap menjadi pemain yang paling banyak dimintai tanda tangan, terutama oleh bobotoh wanita. Ukutan popuaritas, Barkoui bisa dilihat, salah satunya dari keberadaan tiga bocah laki-laki yang diberi nama seperti sang bintang.

Polesan Begar
Redouane Barkoui mulai bersentuhan dengan bola pada usia delapan tahun. Awalnya, dia lebih banyak jadi penonton setia sang adik, Mohammed Barkoui yang justru lebih sering bermain bola di dekat rumahnya di jantung Casablanca, ibukota Maroko.
Dari sekedar melihat, kemudian ia mulai ikut menendang. Bersama sang adik, Barkoui kemudian meretas karir di lapanganhijau. Housin dan Fatimah –orang tuanya- melihat kedua anaknya punya bakat jadi pemain sepakbola. Housin pun lalu memasukkan Redouane dan Mohammed ke sebuah sekolah sepakbola di Casablanca.
Barkoui muda termasuk murid dengan kemampuan menonjol. Kebetulan ia bertemu dengan seorang pelatih bertangan dingin, bernama Begar yang bukan merupakan nama asing buat penggila sepakbola di Maroko, terutama Casablanca karena telah banyak melahirkan banyak pemain bintang di Maroko. Sekedar catatan, Begar pernah menangani tim nasional Maroko U-17, U-19 hingga U-23. Namun sayang, nasib pelatih itu berujung naas. Ia meninggal dalam sebuah ledakan bom saat berkunjung ke sebuah kafe di Casablanca. Kini Barkoui hanya bisa mengenang Begar sebagai sosok yang sangat berjasa.

Biodata Redouane Barkoui:
Nama Lengkap: Redouane Barkoui
Tempat Tanggal Lahir: Casablanca, 4 April 1979
Tinggi Berat: 180 cm / 77 kg
Karier Klub: Raja Casablanca, Renaissance, Rams, Olimpik Baja, Club Rifa, Melaka Telcom (Malaysia), Persib Bandung, Pahang FC (Malaysia), Persiwa Wamena,(2008-2009) Pelita Jaya (2010), Persela Lamongan (2010-2011), Moghreb Tetouan (2011-....)


Sumber Teks: Tabloid Persib + & Wikipedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar