ZAENAL ARIEF

Penyulut Histeria
Tak ada yang dapat mengalahkan popularitas zaenal arief ketika memperkuat Persib. Kepopuleran Abo –sapaan akrab Arief- mirip selebritis layar kaca. Diburu tandatangan adalah hal yang biasa. ZaenalArief Fans Club (ZAFC) adalah bukti lain kepopulerannya. Ini adalah komunitas kelompok penggemar fanatik Zaena Arief. Sekaligus mengukuhkan sang bomber sebagai pemain Persib pertama yang memiliki kelompok penggemar sendiri.
Figur Arief memang berbeda dibanding pemain lain. Ia sanggup menyulut histeria dahsyat di kalangan bobotoh, terutama dari golongan hawa. Dalamm skuad Persib bandung kala itu, Arief dikenal sebagai pemain dengan pemuja wanita paling melimpah. Ini sempat memancing keheranan, sebab Arief nyaris tidak pernah mau terbuka soal perempuan pujaannya.
Di luar itu, Arief memang layak jadi pujaan. Di samping terus menjaga nama besarnya di lapangan, dalam keseharian ia sangan memperhatikan penampilan. Jangan harap melihat Arief keluar kamar hotel atau mess dengan rambut acak-acakan. Ia adalah sosok paling pas untuk jadi delegasi kecenderungan pria modern masa kini, yang tidak mau kalah dengan kaum wanita dalam urusan berdandan. Sebuah kecenderungan yang biasa disebut dengan istilah metroseksual. 
Dan perumpamaan itu rasanya berlaku juga untuk lingkup nasional. Jarang ada pemain Indonesia yang memiliki karakter selengkap Arief. Ganteng dan piawai pula menggocek si kulit bundar. Parfum Pacco Rabbane dan Hugo in Motion, atau produk-produk keluaran Adidas adalah barang-barang yang akrab dalam kehidupan Arief

Ikon Persib
Keputusan Zaenal Arief hengkang ke Persita Tangerang sempat disayangkan. Talenta Arief sebagai bomber muda diprediksi tinggal menunggu waktu untuk mencuat ke permukaan. Prediksi itu sama sekali tidak salah. Bersama tim Pendekar Cisadane, Arief menemukan orbit karir nan kokoh.
Persib pun terpaksa menelan ludah, sambil terus berharap pemain kelahiran Cikajang itu mau kembali ke Bandung. Lewat perjuangan panjang, manajemen Persib akhirnya berhasil menarik Arief pulang.
Kedatangan Arief tidak hanya menularkan harapan. Dengan segera ia menghadirkan sebuah gejala Ariefisme. Secara kebetulan, saat itu Persib belum lagi memiliki seorang ikon, sebuah status yang terakhir kali disandang Yaris Riyadi.
Boleh jadi Arief belum memberikan sumbangsih positif buat Persib. Setidaknya menjadi ikon sebagai seorang pemain yang popularitasnya menyamai selebritis papan atas tanah air. 

Tiga Jurus Si Kidal
Bukan pekerjaan mudah bagi Zaenal Arief untuk jadi pemain sepakbola profesional. Seperti semua pemain lain, ia harus memulainya dari nol. Kesebelasan Anba singkatan dari Anak Babakan jadi pelabuhan pertama Arief dalam meretas karir di lapangan hijau.
Anugerah bakat alam yang hadir begitu saja dalam dirinya, jadi jembatan yang cukup kokoh untuk mengantarkan Arief muda merambahi jenjang karir yang lebih baik. Kesebelasan Persib U-15 dan U-18 jadi pondasi penting karir Arief. Disinilah ia mulai menebar pamor sebagai calon bomber masa depan. Top skor Piala Haornas 1996 dan Top skor Piala Suratin 1997 jadi prestasi pertama Arief di ajang resmi. Prestasi itu lebih dari cukup untuk memancing ketertarikan sejumlah klub. Persib sebagai tempat Arief bernaung, berada di deret terdepan sebagai pihak yang merasa paling berhak atas masa depannya. Ke klub ini pula kemudian mengikat diri.
Namun, Arief merasa bakat besar saja tidak cukup untuk menohok jajaran terpandang. Ia merasa perlu bekerja keras untuk menggapai mimpi jadi pemain profesional. Kemauan untuk bekerja keras makin klop, karena Arief juga dibekali motivasi tinggi dann keyakinan kuat untuk berkarir di lapangan hijau. Dengan demikian, ia tidak pernah memiliki masalah dengan kepercayaan diri. Semua modal berharga untuk jadi pemain sepakbola yang sukses itu ia dapatkan seluruhnya ketika masih belajar menendang di kampung halamannya, Cikajang Garut.
Selain jurus kerja keras, motovasi tinggi, dan percaya diri, ada satu karakter kuat yang melekat erat dalam figur Arief, yakni kemampuan kaki kirinya yang luar biasa. Sejak mengawali karir di usia delapan tahun, sepakan kaki kiri Arief lebih menonjol ketimbang kanan. Dalam beraktivitas sehari-hari ia juga dikenal sebagai anak kidal. Mantan pelatihnya di Persita, Benny Dollo, menyebut Arief sebagai salah satu dari sedikit striker Indonesia yang punya tendangan kaki kiri amat dahsyat. Sang ayah, H. Dede Sudarsono menuturkan sekelumit cerita masa kecil anaknya, yang sewaktu kecil Arief merupakan anak yang bengal, sulit diatur. Kecenderungan lebih sering menggeluti sepakbola, membuat prestasi akademis Arief kecil sedikit kababayut.
Meski begiyu Dede bersyukur anaknya bisa lulus SMA dengan nilai bagus. Apalagi kemudian Arief punya karir yang bagus di lapangan hijau. 

Terinspirasi Giman Nurdjaman
Awalnya Zaenal Arief sama sekali tak punya pikiran ingin menjadi pemain sepak bola. Namun, ia tak kuasa membendung darah sepakbola begitu mengalir begitu deras dalam nadinya. Adalah Giman Nurdjaman yang kemudian menuntun Arief, hingga mau menekuni dunia sepakbola. Sosok Giman benar-benar jadi sumber inspirasi. Salah satunya yang selalu dikenangnya adalah sikap dermawan sang paman. Berbekal duit hasil bermain bola, Giman memang sering membantu orang tua dan kerabatnya. Sikap sang paman itu kemudian dianut Arief sampai sekarang. Di kalangan rekan dan kerabatnya, pemain bernomor punggung 15 ketika memperkuat Persib ini dikenal pemurah. 

Peran pelatih 2-D
Benny Dollo
Ada dua orang yang namanya diawali huruf D, yang punya peran penting dalam karir Zaenal Arief. Dede Irawan adalah orang pertama yang meletakkan dasar-dasar bermain bola pada Arief. Itu terjadi saat sang bintang bergabung di Anba FC. Dede adalah pelatih yang turut membesarkan nama Anba FC. Di tangannya klub tersebut begitu disegani, setidaknya untuk daerah Lapangan Ibrahim Adjie, Cikajang dan sekitarnya. Dede sudah diidentikan dengan Anba FC.
Berkat sentuhan tangan Dede pua, Cikajang kemudian dikenal sebagai pabrik pemain sepakbola andal. Sentuhan tangan Dede juga yang kemudian mengantarkan Arief lebih serius menekuni sepakbola. Sebagai bentuk hormat, Arief selalu menyempatkan datang ke rumah Dede, setiap kali pulang ke Garut. Untuk sekadar meminta nasihat.
Sementara D yang kedua adalah Deny Syamsudin. Melihat aksi memukau Arief di pentas Piala Haornas 1996 dan Piala Suratin 1997, Deny langsung kepincut. Karena itu, ia tidak ragu meminangnya dari Persigar. Intuisi kepelatihan Deny tidak salah. Hanya berselang satu tahun sejak hijrah dari Garut, pelatih sekaliber Benny Dollo kemudian merekrutnya. Di tangan Bendol, pamor Arief perlahan-lahan tergosok. 

Kisah Tentang Kaus Lengan Panjang
Bukan rahasia lagi jika sejumlah ofisial Persib begitu mempercayai hal-hal yang berbau klenik. Zaenal Arief punya sebuah cerita unik berkaitan dengan cerita takhayul beraroma musyrik tersebut.
Ceritanya, suatu hari Arief memesan sebuah kostum Persib warna biru lengan panjang pada perusahaan yang sekarang ini meng-endorse kebutuhan tim. Arief tak punya tendensi apa pun dengan tindakannya itu. Namun, setelah beberapa kali dipakai tidur, Arief mulai berfikir, kenapa tidak mencoba tutun gelanggang dengan kostum lengan panjang. Maka, beberapa hari menjelang pertandingan melawan Persikabo, ia pun meminta kepada seorang pembantu umum agar menyiapkan baju lengan panjang.
Alhasil, Arief pun tampil di Bogor dengan kostum biru lengan panjang. Ia jadi pemain pertama yang memakai jersey lengan panjang. Dan tanpa dinyana, pada pertandingan itu Arief mencetak gol spektakuler. Entah siapa yang menyebar cerita, kemudian muncul desas-desus jika baju lengan panjang tersebut sudah di jampean terlebih dahulu.


Biodata Zaenal Arief :
Panggilan: Abo
Tempat Tanggal Lahir: Garut, 3 Januari 1981
Orang Tua: H. Dede Sudarsono & Hj. Apol Kusmiati
Pemain Favorit: Christian Vieri
Hobi: Memancing, Bernyanyi
Karir Klub: Persigar, Persib, Persita, Persib, Persisam (2009-2010), Persikabo (2010-....)
Karir Timnas: Timnas U-19 (2000), Seleksi Pra Piala Dunia (2001), Piala Tiger (2002 & 2004), Pra Piala Asia & Olimpiade (2003), Pra Piala Dunia (2004), Piala Kemerdekaan & BV Cup (2006), AFF Championship & Piala Asia (2007).
Prestasi: Top Skor Piala Haornas 1996 dan Piala Suratin 1997 (Persib Junior), Runner Up Liga Indonesia 2002 (Persita), Runner Up Piala Tiger 2002 (Timnas), Runner Up Piala Tiger 2004 (Timnas), Runner Up Piala Kemerdekaan 2006 (Timnas)


Sumber Teks: Tabloid Persib +

Tidak ada komentar:

Posting Komentar